RSS

belajar dari ...... 'mereka' sesi 2

heii, sempet ke skip buat cerita tentang skriSHOW 
sekarang gue mau ngelunasin utang yang kemaren ya yaitu janji gue buat ngelanjutin cerita tentang praktek jiwa. 

kemarin kan gue ngulasnya secara umum tuh, nah untuk sekarang gue mau cerita lebih spesifik tentang residen kelolaan gue 

LET'S BEGIN ....
 *back sound drum*
setiap satu mahasiswa megang 1 residen kelolaan, tapi itu di pilih sama pembimbing masing-masing. 
bukan sistem kocok kayak arisan yang biasa di pakai tapi ini langsung ditunjuk loch. 
kebetulan gue dapat residen An. A (nggak usah disebutin kali ya namanya), A berumur 19tahun dengan diagnosa dokter skizoprenia Afektif, menurut senior disana, penyakit itu memiliki ciri mood dengan cepat berubah artinya sebentar tenang sebentar ngamuk (hayoo ngaku yang suka kayak gitu ?? jangan jangan .....) 
dia punya riwayat masuk RSJ sebelumnya, menurut keluarga dia sering marah-marah, dan menurut A sendiri dia sering mendengar suara-suara. 
hari pertama nggak begitu banyak hal yang bisa buat kaji dari dia
hari kedua dia mulai trust dan bisa cerita dengan baik (sejujurnya banyak yang nggak gue ngerti)
semua mulai terkuak saat hari ketiga dan ke empat 

gue baru tau penyebab dia masuk RS saat hari kedua itupun gue harus baca catatan kesehatannya dulu,
nggak perlu gue jelasin detail lah ya, yang jelas A memiliki masalah keluarga yang cukup rumit untuk dihadapi anak usia 19, owh iya A memiliki keterbelakangan mental, sekilas tampak normal tapi untuk bercerita dan berfikir dia agak sulit. 
A memilik 2 saudara dan semuanya laki-laki, dan karena masalah mental itu lah A dijauhi saudaranya. 
A hanya lulus SMP dan memilih untuk bekarja sebagai kondektur d sebuah pabrik air mineral. 
bayangkan anak yang baru masih terbilang remaja harus bekerja, berkeliling ke daerah-daerah untuk mendistribuksikan air. Subhanallah 

selain kesabaran, keuletan dan kerja keras A masih memiliki hati yang lapang. walaupun akhirnya pertahanan dirinya tidak kuat untuk menghadapi semua cobaan dan sampailah ia di RSJ. 

saat gue bertemu A, A sudah sangat tenang dan terus menyakinkan gue bahwa dia sudah sembuh dan meminta untuk pulang.
sebelum pulang pada saat hari kedua, gue dipanggil A saat dia sedang berbelajar dengan seorang psikolog, dari situ lah A mulai meminta membuat soal-soal dan simbol-simbol sederhana untuk dia kerjakan 
"suster, A ingin sekolah di paket C mengambil ijazah lalu bekerja lagi, nanti A juga ingin kuliah sampai S (maksdnya sarjana) A ingin menjadi polisi"
itu adalah kata-kata yang selalu dilontarkan A saat kami belajar. 
bayangkan saja, anak dengan gangguan kejiwaan dan gangguan mental saja bisa berkata seperti itu, dia masih punya keinginan dan motivasi untuk belajar bahkan memiliki rencana masa depan
sedangkan kita ?? silahkan bercermin :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar